Jumat, 03 Juni 2016

PENYANDERAAN 10 WNI OLEH ABU SAYYAF

10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang disekap oleh kelompok militan Filipina Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Mereka sebelumnya sempat disekap lebih dari satu bulan. Sebelum dipulangkan, mereka ditampung terlebih dahulu di rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II). 


Rencananya, seluruh WNI diterbangkan dan diperkirakan sampai tanah air Minggu (1/5) malam. 

1. KRONOLOGI PENYANDERAAN HINGGA PEMBEBASAN

26 Maret 2016

Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

29 Maret

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap saat.

Dari sumber merdeka.com, Selasa (29/3), ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus dan terbaik dari yang terbaik.

31 Maret

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak secara halus, seperti dilansir inquirer.net.

Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.

8 April

Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi.

Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom.

10 April

18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.

12 April

Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal penyelamatan sandera dari tangan Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan moral prajurit. Militer Filipina justru kembali menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13 militan tewas.

15 April

Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI.

Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.

26 April

Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.

29 April

Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh para penculiknya.

Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui udara sejak dua pekan terakhir. "Kami khawatir, anak saya bercerita bahwa sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah serangan udara kian intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota Sibu, Serawak, Malaysia.

29 April

Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.

Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado kabarnya bersitegang melawan atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos. Mereka adu pendapat soal strategi menekan militan, terkait operasi pembebasan para sandera.

1 Mei

10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.

"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh 10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).

Presiden Jokowi memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.

2. STRATEGI TNI

Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak Malaysia dan Filipina untuk menangani masalah penculikan Warga Negara Indonesia (WNI) di kawasan perbatasan tiga negara ini. Bila perlu, TNI bisa meluncurkan kapal perangnya untuk mengamankan situasi dan menindak tegas penculik WNI itu.

Sebagaimana keterangan pers Pusat Penerangan TNI yang diterima detikcom, Sabtu (16/4/2016), Gatot menyampaikan hal tersebut usai acara Peringatan HUT ke 64 Kopassus di Markas Komando Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, tadi.

"Saya sebagai Panglima TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas baik di laut, di darat sampai di hutan saya siap. Saya juga sudah mengerahkan dua Kapal Perang yaitu KRI Badau dan KRI Slamet Riyadi ke daerah perbatasan," tegas Jenderal Gatot.

TNI sudah menerima informasi bahwa 10 orang WNI diculik oleh pihak yang diduga kelompok Abu Sayyaf. Enam orang berhasil lepas dari penculikan, seorang di antaranya tertembak, kini sudah berada di Malaysia. Namun empat orang WNI masih disandera.

Gatot akan berkoordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Panglima Diraja Malaysia untuk berpatroli bersama. Zona negara masing-masing tentu menjadi tanggung jawab negara yang bersangkutan, kecuali bila diperlukan, pasukan TNI tak segan meluncur menindak tegas penculik.

"Tetapi apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia dan Filipina, maka saya akan melakukan koordinasi, siapa yang cepat maka dia yang boleh kesana. Ini adalah langkah-langkah yang segera dilakukan," kata Panglima TNI.

Sampai saat ini, TNI tidak memungkinkan untuk masuk ke wilayah penculikan karena itu di luar wilayah Indonesia. Namun bila sudah ada Nota Kesepahaman antarnegara ini, maka bisa saja situasi memungkinkan TNI untuk bertindak lebih jauh.

"Kita harus berpikiran bahwa mereka positif, karena saat ini pun rencana Filipina  akan melakukan operasi besar-besaran di Kepulauan Zulu. Operasi yang dilakukan negara tetangga kita tunggu saja, yang mulai siapa, kecuali Presiden Filipina kasih tenggang waktu," pungkas Panglima TNI.

  3. Pendapat Anda Jika Terjadi Kejadian Yang Sama Dilain Waktu Mendatang?

                Jika terjadi kejadian yang sama dilain waktu, pemerintah dan anggota TNI harus lebih siap dalam penanganan dan penyelematan. Karena kejadian seperti ini menyangkut nyawa warga Negara Indonesia dan menyangkut nama baik bangsa itu sendiri. Jika pemerintah tidak bisa menangani dengan cepat, maka kelompok-kelompok teroris dan radikal seperti itu akan menanggap Indonesia adalah Negara yang lemah. Padahal kita adalah Negara yang kuat dengan banyak pasukan TNI yang siap dan berani mati untuk Indonesia.

                Jika penanganannya lambat, maka para teroris dan kelompok radikal tersebut akan menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk untuk tindak kejahatan terorisme. maka dari itu Indonesia harus memperketat penjagaan di setiap batas Negara dan disetiap perairan Indonesia. Agar teroris dan kelompok-kelompok radikal lainnya mudah dilacak dan diketahui.

                Seharusnya Indonesia memberikan pelatihan wajib militer kepada para pekerja yang di tugaskan untuk mengirim barang ke luar negeri, Baik melalui laut, darat, ataupun udara.  Karena wajib militer itu berguna jika terjadi hal-hal yang tidak diduga seperti penyanderaan, perampokan, dll. Jadi para pekerja setidaknya bisa membela diri dan bisa melindungi diri sendiri dari bahaya-bahaya yang mengancam di luar Negara kita.

                Indonesia harus mempererat kerja sama dengan Negara lain, karena sewaktu-waktu terjadi hal seperti ini dan kebetulan berada di luar wilayah Negara kita, Indonesia bisa meminta bantuan kepada Negara yang wilayahnya terjadi penyanderaan.

                Karena kita tidak bisa seenaknya melakukan aksi penyelamatan dan mengirimkan kendaraan-kendaraan perang ke Negara tersebut. kita harus meminta izin dulu kepada Negara yang bersangkutan agar tidak terjadi salah sangka dan neraga tersebut mungkin bisa membantu.

Sumber: